Jumat, 11 Mei 2018

HARGA PUPUK PERTANIAN TERBARU

Sukoharjonews.com (Sukoharjo) – Pupuk menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam pertanian untuk memperoleh hasil panen yang maksimal. Untuk mewujudkan swasembada pangan, pemerintah menyubsidi beberapa jenis pupuk seperti Urea, ZA, SP-36, Phonska dan Petroganik. Lantas berapa harga pupuk tersebut? 
Pemilik Kios Sari Tani di Bulakrejo, Kecamatan/Kabupaten Sukoharjo, Sarimin mengatakan, selama ini menjual pupuk bersubsidi dan non-subsidi. Menurutnya, harga pupuk bersubsidi sudah ditentukan pemerintah berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 60/Permentan/SR.310/12/2015.

Harga eceran tertinggi pupuk jenis UREA di patok pada Rp90.000/50 Kilogram, ZA Rp70.000/50 Kilogram, SP-36 Rp100.000/50 Kilogram, PHONSKA Rp115.000/50 Kilogram, dan PETROGANIK Rp20.000/40 Kilogram.
Sementara untuk harga pupuk non-subsidi terpaut jauh dengan harga pupuk bersubsidi. Seperti pupuk jenis ZA, kata Sarimin, harga eceran pupuk ZA Rp 3.000/Kilogram (Rp150.000/50 Kilogram). Sedangkan untuk PHONSKA PLUS dijual seharga Rp8.000/Kilogram (Rp400.000/50 Kilogram). Ada juga menyediakan pupuk cair GEMARI seharga Rp90.000/liter.
“Penggunaan pupuk non-subsidi tidak begitu besar. Petani hanya membeli jika mendesak saja,” katanya, Kamis (8/2).
Sarimin menambahkan, selain menjual pupuk bersubsidi dan non-subsidi pihaknya juga menjual berbagai obat pemberantas hama. Seperti PREVATON, SPONTAN, ARRIVO, dan TREBON. Untuk Prevaton dibandrol seharga Rp130.000/250 Mililiter, SPONTAN Rp45.000/500 Mililiter, ARRIVO Rp35.000/500 Mililiter, dan Trebon Rp85.000/500 Mililiter.
“Harga di kios satu dengan yang lainnya bisa berbeda tergantung jarak dari distributor,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk mengendalikan pupuk bersubsidi itu, pemerintah juga menerapkan kartu tani. Sarimin mengaku menerima EDC pertengahan Januari ini. Alat tersebut sedianya difungsikan untuk transaksi pembelian pupuk pemegang kartu tani dengan cara digesek layaknya kartu kredit.
“Sudah ada alatnya (EDC) tapi belum tahu kapan diberlakukan,” tutur Sarimin.
Sarimin mengaku siap menerapkan kebijakan sistem pembelian pupuk dengan kartu tani. Tetapi pihaknya khawatir petani justru belum siap menerapkan kebijakan kartu tani tersebut. Mengingat, petani kebanyakan sudah tua dan tidak melek teknologi.
“Kalau saya manut saja karena hanya melayani. Tapi petaninya yang belum siap kayaknya,” kata Sarimin. (Adam Maulana)

Sektor Perkebunan Mampu Tampil Sebagai Penghasil Devisa Negara

news
Jakarta, 11 Mei 2018 – Promosi besar-besaran dibutuhkan untuk menggairahkan industri agribisnis di pedesaan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan petani. "Untuk teman-teman di daerah agar mempromosikan dan berikan informasi kepada investor untuk berinvestasi di daerah, karena daerah memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan khususnya disektor perkebunan” ujar Bambang, Direktur Jenderal Perkebunan saat memberikan sambutan pada acara Agro and Food Expo 2018 (11/5). 
“Kita sudah buktikan sektor perkebunan mampu tampil sebagai penghasil devisa negara nomor satu mengalahkan sektor migas, kita bisa mengoptimalkan komoditi perkebunan di daerah-daerah pesisir untuk peningkatan produksi, caranya dengan promosi besar besaran dan mengundang investor” ujar Bambang.
Bambang mencontohkan saat ini ada kegiatan replanting sawit seluas 185.000 ha terbesar sepanjang sejarah. Sehingga ada 185.000 ha kelapa sawit yang sudah berumur 25 tahun untuk siap dimanfaatkan oleh investor. 
Agrofood Expo 2018 dilaksanakan pada tanggal 10 - 13 Mei 2018 di Hall B Jakarta Convention Center (JCC) dengan tema “Diversifikasi Komoditi Pertanian Mendukung Swasembada Pangan”
Indonesia AgroFood Expo 2018 diselenggarakan bersamaan dengan “Indonesia International Modern Agriculture Expo 2018” yang menampilkan teknologi modern di bidang pertanian yang meliputi: alat dan mesin pertanian, mesin pasca panen, dan teknologi hydroponic. Pameran diikuti oleh perusahaan alat dan mesin pertanian dari Indonesia, China, Turki, Taiwan dan Korea.  
Sebagai rangkaian kegiatan pameran diadakan juga Indonesia Coffee Festival 2018 yang bertujuan untuk memperkenalkan keberagaman kopi Indonesia, mempertemukan berbagai pelaku usaha  kopi di Indonesia  mulai dari petani, trader, industri, penikmat kopi hingga pemilik kedai kopi dalam rangka meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri dan dunia
Pameran diikuti oleh 80 (delapan puluh) peserta yang terdiri dari Kementerian terkait, pemerintah daerah, BUMN, pelaku usaha bidang agribisnis, baik yang skala UKM maupun skala nasional.
Rangkaian tiga pameran di sektor pertanian ini diharapkan dapat menjadi ajang promosi produk-produk unggulan agribisnis dan mampu menghasilkan transaksi bisnis yang signifikan.  Ke depan pameran ini diharapkan akan menjadi tempat dimana trend kebutuhan dunia akan produk agribisnis dapat ditampilkan sehingga kehadirannya akan terus dinantikan.
Sumber : http://www.pertanian.go.id

Kamis, 03 Mei 2018

Aplikasi Dan Dosis Pupuk Tanaman Padi



Melihat kenyataan di lapangan, pemberian pupuk pada tanaman padi yang dilakukan rekan-rekan petani sangatlah beragam, baik waktu maupun dosisnya. Dan sebagian besar rekan petani kita masih sangat fanatik dengan hanya menggunakan pupuk urea saja. Kandungan hara yang terdapat dalam urea hanya Nitrogen saja, padahal tanaman padi membutuhkan bermacam-macam unsur hara baik itu unsur makro seperti Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K) 
dan juga unsure mikr seperti Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang/Sulfur (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), dll…
Memang,,. Ada juga rekan petani yang sudah memahami pentingnya pemberian pupuk yang mengandung unsur-unsur hara tersebut secara berimbang, namun jumlah mereka sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh petani kita,,,
Pupuk bagi tanaman adalah merupakan makanan , jika makanan tercukupi gizinya, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan optimal, bila kita sebagai petani memberikan “makanan” bagi tanaman kita seadanya, pekembangannya pun sebaliknya “tidak optimal”, hasil yang kita dapatkan pun tidak maksimal.



Agar tumbuh dan berkembang, tanaman butuh makanan, termasuk tanaman padi. Dengan makanan yang cukup (pupuk organik -kompos dan POC- dan pupuk anorganik), maka perkembangan fase vegetatif dan fase generatifnya akan tumbuh dengan baik.
Bila kita sudah memberikan “makanan” terbaik bagi tanaman. Maka tanaman akan mengeluarkan hasil terbaiknya buat kita. Jadi ada korelasi antara usaha tani yang baik dengan hasil yang baik.
Untuk tanaman padi, pola pemupukannya ( aplikasi pupuk kimia ) dibagi dalam 3 tahap pemberian.


Kaidah Umum Pemupukan Kimia/Anorganik :
Secara umum, aplikasi untuk hara N adalah pupuk dasar 20 %, pupuk susulan ke-1 sebesar 40 % dan pupuk susulan ke-2 adalah 40 %.
Pupuk dasar untuk hara N diberikan cuma 20 %, Sebab tanaman padi yang berumur sekitar 7-10 hari masih kecil di mana perakaran sedikit dan belum banyak memerlukan pupuk yang mengandung hara N. Sedangkan untuk hara yang mengandung P dan K aplikasinya adalah sbg pupuk dasar 50 % dan pupuk susulan ke-1 sisanya 50 %.
Sebenarnya jika rekan petani mau menggunakan pupuk organik (seperti bokashi, kompos jerami) dan pemberian mol maka penggunaan pupuk anorganik bisa berkurang. Pemberian pupuk organik tersebut kira2 1-2 ton/ha. Pupuk organik tersebut juga berguna untuk membantu proses penyerapan pupuk kimia oleh tanaman.


Tahap Pemupukan
Sebenarnya pemerintah sudah merekomendasikan berapa dosis pupuk yang sebaiknya diberikan pada tanaman padi dan rekan petani dapat menanyakan pada PPL setempat berapa dosis pupuk di wilayah masing-masing. 
Secara umum rekomendasi pupuk untuk tanaman padi per hektar nya sebagai berikut, Urea sebesar 200 kg - 250 kg, SP36 100 kg - 150 kg dan KCl 75 kg - 100 kg. Jika menggunakan NPK dosisnya adalah 100-150 kg urea dan 300 kg NPK. Agar dapat diperoleh dosis pemberian pupuk secara tepat memang harus dilakukan uji tanah pada lahan. 


Berikut sedikit gambaran mengenai pemupukan
Jika pupuk yang digunakan Phonska dan Urea : 300 kg pupuk NPK Phonska dan 100-150 kg pupuk Urea ( kandungan haranya 113 kg N, 45 kg P2O5 dan 45 K2O ) .
Pupuk dasar /pertama: 150 kg ponska.
Sebaiknya pemberian pupuk dasar ini diberikan pada saat tanaman berumur 7-10 hst, pada saat ini perakaran padi sudah mulai berkembang dan siap menghisap pupuk yang diberikan walau jumlahnya sedikit. Lagipula, bibit yang baru ditanam akan adaptasi dengan lingkungan beberapa hari (karena stress). Makanya ada sebagian dari daunnya yang kuning dan mengering. Baru setelah itu, proses tumbuh akar berjalan. Makanya dosis kandungan N di pemupukan pertama tanam 1/2 dari dosis pupuk ke-2 dan ke-3.
Untuk pupuk NPK ponska, pupuk ini punya nilai lebih sebab terdapat kandungan Sulfur sekitar 10 %. Salah satu fungsi sulfur ini adalah merangsang pertumbuhan tanaman-tanaman muda.
Untuk memaksimalkan fungsi pupuk, sebaiknya sehabis pemupukan dilakukan penginjakan. Bila ini dilakukan, pupuk akan bertahan lebih lama di sawah, pupuk maksimal diserap akar tanaman, tanaman lebih subur, gulma akan terkendali, hasil panen bisa meningkat, dll.


Pemupukan ke-2 : 150 kg ponska + urea 50 kg.
Diberikan sekitar minggu ke-3 atau 21 hst, sama sepeerti pemupukan dasar, setelah dilakukan pemupukan kemudian dilakukan penginjakan agar dapat terserap tanaman dengan optimal.


Pemupukan ke-3 : 50-100 kg urea.
Diberikan sekitar 30-40 hst sewaktu tanaman padi akan mengeluarkan malai. Pada saat ini daun tanaman perlu hijau untuk memproduksi makanan, apalagi daun bendera. Daun bendera yang masih agak hijau menandakan isi malai akan semakin baik, semakin merunduk. Dan ketika daun bendera suatu malai sudah kuning maka gabah yang dihasilkan kurang bernas,,,
Jangan lupa, kita lakukan proses penginjakan di fase ini, sebab masa pengisian bulir padi akan semakin panjang sekitar 4-5 hari. Hasilnya, malai yang kita hasilkan akan banyak yang bernas.
Disamping menggunakan pupuk kimia, alangkan baiknya bila petani juga menggunakan/melakukan penyemprotan pupuk hayati/POC/MOL. Minimal diberikan 3 kali penyemprotan. Waktunya sekitar 15 hst, 30 hst dan 70 hst.



Jika menggunakan Urea, TSP dan KCL: 200-250 kg Urea,100 kg TSP , dan 75 kg KCL
( kandungan haranya 115 kg N, 46 kg P2O5 dan 45 kg K2O )
Pupuk dasar/pertama : 50 kg Urea + 50 kg TSP + 40 kg KCL
Pemupukan ke-2 : 100 kg Urea + 50 kg TSP + 35 kg KCL
Pemupukan ke-3 : 50-100 kg Urea
Bila petani ingin melakukan dosis lain, juga bisa seperti ini : pemupukan 1 ( 75 kg urea + 50 kg TSP + 40 KCL ), pemupukan ke-2 ( 100 kg urea + 50 kg TSP + 35 KCL ) dan pemupukan ke-3 ( 75 kg urea )
Bila tak ada pupuk TSP maka bisa diganti dengan 128 SP36 /TS. Bila kondisi daun masih terlihat hijau, pemupukan ke-3 ( bisa dikurangi menjadi 50-75 kg urea)
Itulah dosis dan cara pemupukan padi secara umum. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan para petani indonesia, dan tentunya saya berharap tulisan ini bisa membantu meningkatkan produksi petani semua.
Dari berbagai sumber.

Budidaya Padi Jajar Legowo Super


Budidaya Padi Jajar Legowo Super

Para pengunjung agritani sudah pernah baca dong artikel Sistem Jajar Legowo... Nah seiring berkembangnya teknologi, belakangan terdengar santer juga penyempurnaan dari sistem jajar legowo tadi yang dikasih nama Budidaya Padi Jajar Legowo Super. Mungkin jarak tanam nya tetap ya pakai jajar legowo, tetapi teknik ini pastinya dilengkapi dengan teknologi A, B, C dan yang lainnya, sehingga jadilah Jajar Legowo Super..



Perbedaan jajar legowo dan jajar legowo super dapat terlihat seperti berikut ini:

(a) Jajar Legowo (Jarwo): merupakan sistem tanam pindah dimana antara 2 barisan tanaman padi terdapat lorong kosong memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi, sedangkan dalam barisan menjadi setengah jarak tanam antar baris;

(b) Jajar Legowo Super (Jarwo Super): Sistem produksi padi yang mengimplementasikan secara terpadu teknologi budidaya padi terbaik dari inovasi Balitbangtan berbasis cara tanam jajar legowo yang meliputi, VUB dengan potensi hasil tinggi, biodekomposer, pupuk hayati, pemupukan berimbang, pengendalian OPT dengan pestisida nabati, dan penggunaan alsintan (khususnya transplanter dan combine harvester) untuk menekan biaya tenaga kerja.

Adapun komponen teknologi jajar legowo super diantaranya adalah: 


1. VUB dengan potensi hasil tinggi seperti varietas Inpari 30 Ciherang sub 1 dengan potensi hasil 13,9 ton GKP/ha, varietas inpari 32 HDB dengan potensi hasil 14,4 ton GKP/ha, dan varietas Inpari 33 dengan potensi hasil 10 GKG/ha. Varietas ini memiliki keunggulan yang berbeda satu dengan lainnya dengan tingkat kestabilan produksi yang baik serta unggul dalam beradaptasi terhadap cekaman biotik dan abiotik.



2. Pemberian pupuk organik,

Seperti pupuk Bokashi, kompos atau kotoran hewan yang sudah difermentasi dengan Biodekomposer. Dosis yang diberikan adalah 1-2 ton/ha. Perlakuan dilakukan sebelum pengolahan tanah ataupun bersamaan dengan pengolahan tanah kedua. Biodekomposer sendiri merupakan inovasi teknologi perombak bahan organk.

Cara penggunaan bidekomposer yaitu dengan memberikan 2 liter Biodekomposer untuk 2 ton kotoran hewan atau juga jerami . Campurkan dengan 400 liter air bersih. Lalu siramkan biodekomposer secara merata pada tunggul dan jerami di petakan sawah. Langkah selanjutnya adalah lakukan gelebeg dengan traktor. Setelah itu biarkan tanah dalam kondisi lembab selama 7 hari. Kelebihan biodekomposer adalah mampu mempercepat waktu pengomposan jerami dari 2 bulan hingga 3-4 minggu. Biodekomposer juga membantu meningkatkan ketersediaan hara NPK di dalam tanah sehingga lebih efisien dan dapat menekan perkembangan penyakit tular tanah.

3. Pemberian aplikasi pupuk hayati.

Untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah diperlukan mikroba. Pupuk hayati memiliki mikroba non patogenik yang dapat menambat nitrogen, melarutkan fosfat dan menghasilkan fitohormon. Fitohormon merupakan zat pemacu tumbuh tanaman. Keunggulan lainnya yang dimiliki oleh pupuk ini adalah kandungan mikroba yang memiliki aktivitas enzimatik yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, pembungaan, pemasakan biji, meningkatkan vigor dan viabilitas benih.
Agritani sendiri menyediakan beberapa jenis pupuk hayati seperti BioTan10 dan Pupuk Hayati Primanu.



4. Persemaian dalam budidaya padi jajar legowo super adalah dengan menggunakan persemaian system dapog karena bibit ditanam dengan menggunakan alat tanam transplanter. Benih disebar dalam media dapog yang berukuran 18 x 56 cm dengan jumlah benih sekitar 100-125 gram/kotak. Dapog dibuat secara insitu menggunakan plastik lembaran dengan media tanam terdiri dari campuran tanah dan pupuk kandang. Perbandingan antara keduanya 3:2. Pada saat bibit berumur 14-17 hari setelah semai (HSS) dengan ciri tinggi 10-15 cm dan sudah memiliki 2-3 helai daun. Langkah selanjutnya adalah menanam bibit dengan menggunakan mesin indojarwo transplanter. Penggunaan alat ini bertujuan untuk mengefisienkan waktu tanam dan tenaga kerja petani.

Penanaman dilakukan dengan menggunakan mesin indojarwo transplanter. Pada budidaya tanaman, kerapatan tanaman merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Tujuan pengaturan kerapatan tanaman agar dapat mengoprimalkan hasil budidaya yang dilaksanakan. Sistem tanam jajar legowo 2:1 merupakan system tanam pindah dengan memberikan lorong kosong. Sistem tanam ini bertujuan untuk meningkatkan populasi tanaman padi per satuan luas sehingga adanya efek tanaman pinggir dan permudah pemeliharaan tanaman.

Sistem tanam jajar legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333 rumpun/ha atau terdapat peningkatan 33,3% dibandingkan dengan sistem tanam tegel 25 x 25 cm dengan populasi 160.000 rumpun/ha. Namun demikian ternyata aplikasi di lapangan mengenai jarak tanam jajar legowo in sangatlah beragam. Penanaman dengan menggunakan alat tanam dilakukan pada saat kondisi air macak-macak untuk menghindari roda alat tanam terselip. Adapun cara lainnya dengan menggunakan bantuan alat "caplak". Tanam dengan umur bibit 15-18 hss dan gunakan 2-3 batang tanaman/rumpun.

Penyulaman dilakukan tidak boleh melebihi dari 2 minggu setelah tanam. Pemupukan organik dengan memberikan pupuk kandang yang telah matang dan pemupukan anorganik dilakukan tiga kali yaitu pemupukan dasar pada umur 7-10 hari setelah tanam (HST), pemupukan pertama pada umur 25-30 (HST) dan pemupukan kedua pada umur 40-45 (HST). Untuk kecukupan N dapat dilakukan dengan menggunakan bagan warna daun (BWD) setiap 10 hari hingga menjelang berbunga.
Penanganan hama dan penyakit tanaman dilakukan diutamakan penanaman secara serempak, penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati, biopestisida, fisik dan mekanis, feromon dan mempertahankan populasi musuh alami. Pemantauan populasi hama dan penyakit secara rutin. Kendalikan hama wereng sedini mungkin. Hindari penggunaan pupuk N secara berlebihan. Untuk mengendalikan penyebaran penyakit tungro dengan mengatur kondisi pengairan sawah, yaitu menggenangi sawah saat terserang tungro.

Semoga membantu


Sumber: BB Padi, Badan Litbang Pertanian

Rabu, 02 Mei 2018

Inovasi Teknologi Pertanian


       Bicara tentang pertanian, selalu identik dengan penyediaan pangan bagi manusia, baik itu pangan yang umum dan mudah didapat oleh konsumen ataupun pangan pendukung produksi lainnya. Kebutuhan manusia akan pangan merupakan suatu hal yang mutlak untuk dipenuhi. Seiring berjalannya waktu, jumlah permintaan akan produksi pangan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh populasi manusia yang selalu bertambah secara cepat, dan juga perilaku konsumtif yang sering dilakukan.

       Pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat selalu menjadi tantangan. Bukan hanya dari segi kuantitas, kualitas produksi yang dihasilkan perlu sangat diperhatikan. Isu tentang iklim dan lingkungan yang diakibatkan oleh produksi pertanian menjadi salah satu penyebab pergeseran selera para konsumen. Setelah berabad-abad selera konsumen selalu terarah pada stigma “semakin besar, semakin baik” kini permintaan akan kebutuhan pangan mulai sangat memperhatikan faktor kesehatan dan lingkungan seperti penggunaan pestisida, dan khasiat dari makanan tersebut.

   Menanggapi permintaan tersebut, beberapa teknologi terkini sudah dikembangkan. Tujuan utama pengembangan teknologi pertanian yang sedang sangat hangat dikembangkan adalah untuk memproduksi pangan dengan kualitas terbaik, namun tanpa memberikan dampak yang negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Selain itu, dari segi efisiensi dan ekonomi penggunaan teknologi dapat sangat meningkatkan efisiensi produksi. Beberapa pengembangan teknologi untuk mencapai tujuan tersebut bisa dilihat dari inovasi seperti:

1. Teknologi Otomasi Pertanian


Mesin Traktor

Penggunaan teknologi otomasi untuk produksi pertanian sudah banyak dikembangkan. Teknologi ini dimulai dari otomasi traktor yang sudah dikembangkan sejak tahun 1997. Penerapan teknologi otomasi biasa melibatkan beberapa program komputer dengan alat-alat pertanian seperti traktor tersebut. Penerapan otomasi seperti ini masih terbilang sederhana. Namun kini sistem otomasi yang lebih rumit sudah dikembangkan di Belanda.


Alat Panen Otomatis

Eldert Van Henten mengembangkan teknologi deteksi dan alat panen otomatis untuk pir, pisang, persik, dan pisang di Wageningen University, Belanda. Alat ini bisa mendeteksi level pigmen klorofil dan athocyanin melalui alat yang disematkan terhadap buah yang diamati. Selain itu alat ini juga dilengkapi dengan camera pendeteksi kombinasi warna (RGB) untuk mendeteksi kedalaman warna sehingga ukuran buah dapat diketahui.

Setelah data menunjukan bahwa buah sudah matang, alat akan memanen buah hanya dalam waktu dua detik saja. Selain itu, seluruh data kesehatan buah dan tanaman, tingkat kematangan, dan status lainnya akan terintegrasi pada smartphone sehingga dapat dipantau secara real time. Dengan penggunan teknologi ini, efisiensi akan sangat meningkat. Ketepatan waktu pada saat panen pun akan lebih terjaga.

2. Teknologi sensor


Source: Drone dji.com

Teknologi sensor kini sudah sangat luas mencakupi sektor pertanian. Mulai dari pertanian hortikultura sampai ke peternakan. Teknologi ini dapat memberikan data yang konkrit dan real time terhadap para petani. Teknologi sensor yang sedang dikembangkan saat ini adalah teknologi sensor bagi tanaman yang memanfaatkan drone untuk mendapatkan beragam data, seperti pertumbuhan hama, penyakit, dan permasalahan lainnya.

Teknologi ini banyak dikembangkan di pertanian tanaman hortikultura dalam skala besar. Dengan adanya teknologi ini, penggunaan pestisida dan bahan kimia lainnya dapat lebih terarah dan efisien, sehingga mengurangi dampak negatif bagi lingkungan.


Alat Animal Tracking

Selain pada tanaman, teknologi ini pun mulai banyak diterapkan pada peternakan sapi perah. Teknologi Animal Tracking dikembangkan di salah satu peternakan sapi perah di Israel. Alat ini disematkan di leher sapi yang kemudian akan mendeteksi aktivitas dan pergerakan sapi tersebut. Alat ini dapat memberikan informasi kapan sapi siap dikawinkan. Selain itu informasi tentang kesehatan sapi pun bisa didapat dari alat ini.

Lebih hebatnya lagi, semua data tersebut dapat terintegrasi langsung melalui smartphonesehingga peternak dapat mendeteksi secara langsung, dan meminimalisir kesalahan yang dapat mengganggu produktivitas. Keberadaan teknologi ini diharapkan dan meningkatkan kualitas produksi pertanian secara menyeluruh.


Source : https://civitas.uns.ac.id/BlogmbakdessyadanGilbert/

UPDATE HARGA SEMBAKO APRIL - MEI 2018


 

2013 © PANDAWA AGRI

Designed by | Irsah inDesigns Copyright © 2013
Supported By | Blogr Templates and Themes

Domain + Hosting | Unlimited Web Host