TUGAS AGROEKOLOGI
MAKALAH IKLIM
OLEH : KELOMPOK I
TINGKAT : I A
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
2015-2016
TUGAS AGROEKOLOGI
MAKALAH IKLIM
Disusun Oleh :
Kelompok : I (Satu)
Tingkat : I A
Anggota : Arie Delastriar
Dwiki Alam Putra
Dian Hardiyana
Irvan
Alfi Fitrianies
Dini Alvionita
Fitria Dwi Ayu P
Nabila Dzulhijjah
Silvia Octaviani
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
2015-2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Iklim di bumi dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan lintang tinggi.
Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut Klimatologi. Ilmu iklim sekaligus merupakan ilmu setua manusia di mana mereka sejak semula berusaha mempelajari lingkungannya. Sedangkan ia dikatakan muda karena mulai benar-benar diperhatikan secara intensif setelah penemuan kapal terbang, radio, dan radar. Manusia primitif sangat dipengaruhi oleh fenomena-fenomena iklim akan tetapi sama sekali tidak dapat menjelaskan secara logika.
Iklim itu disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan yang menyusun cuaca, untuk mencari harga rata-rata isi tergantung pada kebutuhan dan keadaan. Oleh karena itu iklim dari suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang variasinya besar, maka hampir tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang identik.
Dewasa ini, kita perlu mengetahui klasifikasi iklim sehingga masing-masing ada kebaikannya da nada keburukannya. Untuk itu makalah ini disusun supaya dapat memahami dan mempelajari tentang iklim.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian iklim menurut beberapa ahli?
b. Apa saja faktor yang dapat membentuk iklim?
c. Apa saja komponen iklim?
d. Bagaimana klasifikasi iklim?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui pengertian iklim menurut beberapa ahli.
2. Agar dapat mengetahui faktor-faktor yang membentuk iklim.
3. Agar dapat mengetahui komponen-komponen pada iklim.
4. Agar dapat mengetahui dan mengelompokkan klasifikasi iklim menurut Mintakat Temperatur, Koppen, Thornthwaiten dan klasifikasi iklim menurut Mohr, Schmidt dan Ferguson.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Iklim Menurut Beberapa Ahli
a. World Climate Conference : 1979
Iklim adalah sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistic cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistic yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya.
b. Glenn T. Trewartha : 1980
Iklim adalah konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur atmosfer di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang.
c. Gibbs : 1978
Iklim adalah peluang statistik berbagai keadaan atmosfer, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban yang terjadi di suatu daerah selama kurun waktu yang panjang.
2.2 Faktor Pembentuk Iklim
a. Rotasi dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan.
b. Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi.
2.3 Komponen Iklim
1. Matahari
Matahari merupakan pengatur iklim di bumi yang sangat penting dan menjadi sumber energi utama di bumi. Energi matahari memancarkan sinar ke segala penjuru dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Sinar matahari ke bumi dipengaruhi oleh kondisi awan dan perbedaan sudut dating sinar matahari.
2. Suhu Udara
Suhu udara panas atau dingin yang tersebar dan berbeda-beda pada daerah tertentu. Distribusi horizontal menunjukkan suhu udara tertinggi di daerah tropis khatulistiwa garis imajiner yang membagi bumi menjadi utara dan selatan dan semakin arah suhu udara semakin tinggi (kutub). Tersebar secara vertical menunjukkan :
· Tempat yang lebih tinggi
· Suhu udara semakin dingin
3. Kelembapan Udara
Di udara ada air yang terjadi akibat penguapan. Semakin tinggi suhu, semakin kelembaban di dalamnya terjadi dan membesar. Ini berarti semakin banyak lembablah udara. Kelembaban adalah jumlah uap air yang terkandung di udara. Empiris adalah hygrometer.
4. Awan
Awan merupakan massa dari butir kecil air yang larut di lapisan atmosfer bagian bawah. Awan dapat menunjukkan kondisi cuaca.
5. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah selama waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat yang disebut penakar hujan (Rain Gauge)
6. Angin
Angin adalah udara bergerak dari daerah tekanan tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan rendah (minimum). Perbedaan tekanan udara yang disebabkan oleh perbedaan suhu udara. Ketika suhu udara tinggi, tu berarti bahwa tekanan rendah dan sebaliknya wakil. Alat untuk mengukur kecepatan dan arah angina disebut anemometer.
2.4 Klasifikasi Iklim
Beberapa cara untuk menggolongkan iklim dengan dasar yang berbeda pula. Cara-cara tersebut antara lain :
1. Klasifikasi dengan Mintakat Temperatur
Klasifikasi ini dibuat pada zaman Yunani yang membagi tiap belahan bumi menjadi tiga daerah atau mintakat, yaitu :
a. Daerah Tropika
Daerah ini tidak ada musim dingin (winter). Temperatur terus-menerus tinggi.
b. Daerah Sedang
Daerah ini ada musim yang berbeda tegas. Satu musim umumnya panas atau hangat dan lainnya sejuk atau dingin.
c. Daerah Tinggi
Daerah ini tidak ada musim panas (summer). Temperaturnya sepanjang tahun rendah.
Klasifikasi atas dasar temperatur yang kedua adalah yang dikemukakan oleh Klages (1942). Berdasarkan temperature dia membagi permukaan bumi menjadi lima daerah, yaitu :
a. Daerah tropika : rata-rata temperature setahun lebih besar dari 20ºC.
b. Daerah subtropika : 4-11 bulan temperaturnya lebih besar dari 20ºC.
c. Daerah sedang : 4-12 bulan temperaturnya antara 10-12ºC.
d. Daerah dingin : 1-4 bulan temperaturnya 10-20ºC, dan lainnya kurang
dari 10ºC.
e. Daerah kutub : temperature rata-rata -1ºC dengan tanpa bulan yang
temperaturnya lebih besar daripada 10ºC.
2. Klasifikasi Menurut Koppen
Dasar klasifikasi ini adalah rata-rata curah hujan dan temperatur baik bulanan maupun tahunan. Koppen mengenalkan bahwa daya guna hujan terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman tidak tergantung hanya pada jumlahnya hujan tetapi juga tergantung intensitas evaporasi yang menyebabkan hilangnya air yang cukup besar, baik dari tanah maupun dari tanaman.
Metode Koppen dalam usaha menunjukkan intensitas evaporasi dan oleh karenanya juga daya guna hujan adalah dengan cara menggabungkan hujan dengan temperatur. Koppen menggunakan simbol-simbol tertentu untuk mencirikan tipe iklim. Tiap-tiap tipe iklim terdiri dari kombinasi huruf dan masing-masing huruf mempunyai arti sendiri-sendiri. Koppen membagi permukaan bumi ini menjadi lima golongan iklim, yaitu :
1. Iklim Hujan Tropika (Tropical Rainy Climaters) (A)
Iklim ini diberi symbol (A). Daerah yang termasuk iklim ini adalah daerah yang mempunyai temperatur bulan terdingin lebih besar daripada 18ºC (64ºF). Iklim ini dibagi menjadi beberapa tipe iklim :
a. Tropika kering (Af)
Daerah yang termasuk tipe iklim ini di samping memenuhi syarat tersebut di atas juga adalah daerah yang bulan terkering hujan rata-ratanya lebih besar daripada 60 mm.
b. Tropika basah (Am)
Jumlah hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Jadi pada tipe ini ada bulan-bulan yang basah dan bulan-bulan kering. Tetapi bulan-bulan kering ini dapat diimbangi oleh bulan-bulan basah. Sehingga pada daerah-daerah yang demikian masih terdapat butan yang cukup lebat.
c. Tropika basah kering (Aw)
Jumlah hujan bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Sehingga vegetasi yang ada adalah padang rumput dengan pohon-pohon yang jarang.
2. Iklim Kering (Dry Climates) (B)
Golongan iklim ini diberi simbol (B) dan dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
1. Iklim steppe (BS)
Daerah setengah kering yang terletak antara daerah savana dan padang pasir pada lintang kecil. Ciri lainnya ialah :
a. 0,22(t-19,5) < r < (t-19,5), jika hujan terbagi merata sepanjang tahun.
b. 0,22(t-7) < r < (0,44(t-7), jika hujan terutama terjadi atau mengumpul dalam musim panas. Dikatakan mengumpul dalam musim panas jika 70% jumlah hujan selama satu tahun terjadi pada musim panas.
c. 0,22(t-32) < r < (0,44(t-32), jika hujan mengumpul pada musim dingin. Dikatakan mengumpul pada musim dingin jika 70% jumlah hujan selama satu tahun terjadi pada musim dingin.
Keterangan :
r = rata-rata hujan tahunan dalam inch.
t = rata-rata temperature tahunan dalam ºF.
Tipe iklim BS ini dibagi lagi menjadi dua yaitu :
BSh : rata-rata temperatur tahunan lebih besar 64ºF (18ºC)
BSk : rata-rata temperatur tahunan kurang dari 64ºF (18ºC)
2. Iklim padang pasir (BW)
Ciri-cirinya :
1. r < 0,22 (t-19,5), jika hujan terjadi sepanjang tahun.
2. r < 0,22 (t-7), jika hujan mengumpul pada musim panas.
3. r < 0,22 (t-32), jika hujan mengumpul dalam musim dingin.
3. Iklim Sedang (Humid Mesothermal Climates) (C)
Untuk golongan iklim ini rata-rata bulan terdingin temperaturnya lebih besar daripada -3ºC tetapi lebih kecil daripada 18ºC (64ºF) dan rata-rata temperatur bulanan terpanas lebih besar daripada 10ºC (50ºF). Golongan iklim ini dibagi menjadi tiga tipe bagian iklim yaitu :
a. Iklim sedang dengan musim panas yang kering (Dry-summer Subtropical Climates) (Cs)
Ciri tipe ini ialah adanya musim panas yang kering. Musim panas dikatakan kering jika jumlah hujan bulan terkering pada musim panas lebih kecil daripada sepertiga jumlah hujan bulan terbasah dalam musim dingin. (Bulan terkering hujannya lebih kecil dari 30 mm)
b. Iklim sedang dengan musim dingin yang kering (Cw)
Ciri daerah ini (tipe iklim ini) ialah adanya musim panas yang lembab dan musim dingin yang kering. Musim dingin dikatakan kering jika jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil daripada sepersepuluh jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas.
c. Iklim sedang yang lembab (Cf)
Ciri tipe iklim ini ialah selalu lembab sepanjang tahun.
4. Iklim Dingin (Humid Microthermal Climates) (D)
Golongan iklim ini mempunyai temperatur rata-rata bulan-bulan terdingin kurang daripada -3ºC (27ºF) dan rata-rata bulan-bulan terpanas lebih besar daripada 10ºC (50ºF). Golongan iklim ini dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
1. Iklim dingin dengan musim dingin yang kering (Dw)
Hujan dalam musim panas tidak begitu lebat dan hujan dalam musim dingin sangat kecil.
2. Iklim dingin tanpa periode kering (Df)
5. Iklim Kutub (Polar Climates)
Ciri-ciri golongan iklim ini ialah : Rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari 10ºC (50ºF). Golongan ini dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu :
a. Iklim tundra (ET)
Bulan terpanas rata-rata temperatur leih besar daripada 0ºC (32ºF) tetapi lebih kecil daripada 10ºC (50ºF). Tidak ada hutan yang hanya ada lumut.
b. Iklim es-salju abadi (EF)
Temperatur rata-rata bulan terpanas lebih kecil daripada 0ºC (32ºF). Tipe iklim ini adalah tipe iklim yang dicirikan oleh adanya es dan salju yang bersifat abadi.
Disamping dua tipe iklim tersebut ada tipe iklim yang serupa dengan itu tetapi bukan terletak di kutub, dan tipe iklim tersebut ada karena pengaruh tinggi tempat. Mereka itu :
c. ET h : Tipe iklim ini serupa dengan ET, tetapi dia terdapat di tempat
yang tinggi.
d. EF h : Tipe iklim ini serupa dengan EF, tetapi juga terdapat di tempa
yang tinggi.
3. Klasifikasi Iklim Menurut Thornthwaite
Thornthwaite mencari cara menentukan batas-batas iklim secara kuantitatif yang juga berdasarkan vegetasi. Dalam klasifikasi ini, Thornthwaite menggunakan unsur penguapan. Hal ini seperti juga yang diterangkan oleh Koppen, bahwa kebutuhan air oleh tanaman tidak hanya tergantung pada besarnya hujan tetapi juga tergantung pada besarnya penguapan.
Dalam hal ini, Thornthwaite menggunakan istilah daya guna presipitasi. Perbandingan antara presipitasi (P) dan penguapan (E) menunjukkan besarnya daya guna presipitasi bagi kehidupan tanaman, dan disebut P-E rasio, di mana P adalah presipitasi bulanan rata-rata dan E = penguapan dari permukaan air bebas rata-rata bulanan. Keduanya dalam inch. Jumlah P-E rasio selama satu tahun (12 bulan) disebut P-E indeks. Untuk menghitung besarnya P-E rasio digunakan persamaan :
Sehingga,
Tetapi karena kesulitan data evaporasi, maka untuk mengatasi digunakan hubungan antara temperatur (T), penguapan (E) dan presipitasi (P). Sehingga akhirnya diperoleh P, E rasio tanpa data penguapan. Dan besarnya :
Sehingga,
Keterangan :
P = Presipitasi rata-rata bulanan dalam inch.
T = Temperatur rata-rata bulanan dalam ºF.
Atas dasar harga P-E indeks ini Thornthwaite membedakan lima golongan kelembaban (humidity provinces).
|
Golongan lembab
|
Ciri vegetasi
|
P/E indeks
|
A.
|
Basah (wet)
|
- Hutan Hujan (rainforest)
|
128
|
B.
|
Lembab (humid)
|
- Hutan (forest)
|
64-127
|
C.
|
Agak lembab (subhumid)
|
- Padang rumput (granssland)
|
32-63
|
D.
|
Semiarid (agak kering)
|
- Steppe
|
16-31
|
E.
|
Kering (arid)
|
- Gurun pasir
|
16
|
4. Klasifikasi Iklim Indonesia
Di Indonesia kita mengenal dua sistem pembagian iklim. Yakni yang dikemukakan oleh Mohr dalam tahun 1933 dan oleh Schmidt dan Ferguson dalam tahun 1951.
1. Klasifikasi Menurut Mohr
Oleh karena sistem Koppen menurut Mohr kurang berlaku bagi Indonesia, terutama mengenai hujan maka Mohr mengemukakan batasan-batasan baru untuk menunjukkan adanya kekuatan periode kering terhadap tanah dari gambaran curah hujan. Oleh Mohr dibedakan tiga derajat kebebasan suatu bulan :
a. Bulan Basah
Suatu bulan yang curah hujannya lebih besar daripada 100 mm. Curah hujan lebih besar daripada penguapan.
b. Bulan Kering
Suatu bulan di mana curah hujan lebih kecil daripada 60 mm. Curah hujan lebih kecil daripada penguapan.
c. Bulan Lembab
Suatu bulan yang di mana curah hujan lebih besar dari 60 mm tetapi lebih kecil daripada 100 mm. Curah hujan sama dengan penguapan.
Untuk mencari bulan basah dan bulan kering Mohr menggunakan rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama beberapa tahun. Dan pembagian iklim menurut Mohr didasarkan atas banyaknya bulan basah dan bulan kering suatu tempat. Dalam kenyataannya sifat fisis tanah sendiri sangat berpengaruh, Mohr mengungkapkan lima golongan iklim yaitu :
Golongan I
Daerah basah, yaitu daerah di mana hamper tidak ada satu pun bulan yang hujannya kurang dari 60 mm (tergolong bulan kering).
Golongan II
Daerah agak basah, dengan periode kering yang lemah. Terdapat satu bulan kering.
Golongan III
Daerah agak kering, di mana adanya bulan-bulan kering lebih banyak. Jumlah bulan kering antara 3-4 bulan.
Golongan IV
Daerah kering di mana jumlah bulan-bulan kering jauh lebih banyak, sampai enam bulan.
Golongan V
Daerah sangat kering dengan kekeringan yang panjang dan kuat.
2. Klasifikasi Menurut Schmidt dan Ferguson
Kedua orang ini juga menggunakan dasar adanya bulan basah dan bulan kering seperti yang dikemukakan oleh Mohr. Hanya ada perbedaan cara mencari bulan-bulan basah dan bulan-bulan kering tersebut. Dan juga hal ini merupakan alas an mengapa kedua penulis ini mengadakan pembagian iklim tersendiri untuk Indonesia.
Schmidt dan Ferguson mendapatkan bulan basah dan bulan kering bukannya mencari harga rata-rata curah hujan untuk masing-masing bulan tetapi dengan cara tiap tahun adanya bulan basah dan bulan kering dihitung kemudian dijumlahkan untuk beberapa tahun kemudian dirata-ratakan.
Hal ini mengingat bahwa kalau digunakan harga rata-rata masing-masing bulan adanya bulan basah dan bulan kering yang tiap tahun bergeser kemungkinan sekali tidak tampak pada harga rata-rata. Sebagai dasar penggolongan iklim kedua penulis ini menggunakan suatu rasio Q yakni perbandingan antara jumlah rata-rata bulan-bulan kering dengan rata-rata bulan basah.
Jumlah rata-rata bulan kering dan bulan basah didapat dari data hujan seluruh Indonesia antara tahun 1921-1940 dengan menghilangkan tempat-tempat yang mempunyai data dari sepuluh tahun.
Berdasarkan besarnya nilai Q, Schmidt dan Ferguson menentukan tipe hujan di Indonesia, yakni :
Golongan A
|
0
|
≤
|
Q
|
<
|
0,143
|
Sangat basah
|
B
|
0,143
|
≤
|
Q
|
<
|
0,333
|
Basah
|
C
|
0,333
|
≤
|
Q
|
<
|
0,600
|
Agak basah
|
D
|
0,600
|
≤
|
Q
|
<
|
1,000
|
Sedang
|
E
|
1,000
|
≤
|
Q
|
<
|
1,670
|
Agak kering
|
F
|
1,670
|
≤
|
Q
|
<
|
3,000
|
Kering
|
G
|
3,000
|
≤
|
Q
|
<
|
7,000
|
Sangat kering
|
H
|
7,000
|
≤
|
Q
|
|
|
Luar biasa kering
|
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Komponen-komponen yang terdapat pada iklim adalah matahari, suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, angin dan awan. Pembagian iklim sendiri terdapat 4 (empat) klasifikasi yaitu : Klasifikasi menurut Mintikat Temperatur, Koppen, Thornthwaite, dan Klasifikasi Iklim Indonesia yang terbagi menjadi dua yaitu menurut Mohr serta Schmidt dan Ferguson.
3.2 Saran
Mahasiswa harus lebih memahami apa pengertian iklim menurut beberapa ahli, faktor yang membentuk iklim, komponen-komponen iklim serta klasifikasi iklim lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
Wisnubroto, Soekardi. 1986. Asas-Asas Meteorologi Pertanian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Thalhah, Achmad Mufid. 2008. Fiqih Ekologi : Menjaga Bumi Memahami Makna Kitab Suci. Yogyakarta: Total Media.
Download file DOCX disini :
DOWNLOAD